Minggu, 06 Maret 2011

Boneka Limbah Pisang Menembus Eropa

SHUTTERSTOCK

KOMPAS.com - Di tangan Supartini atau lebih dikenal dengan nama Tien Soebandiri, limbah pelepah pisang bisa disulap menjadi produk kerajinan bernilai jual tinggi.
“Pada dasarnya saya suka berkreasi craft dari bahan apapun. Kalau klobot atau kulit jagung dan daun kering rasanya sudah sering, saya iseng coba pelepah pisang waktu itu,” aku wanita dengan empat cucu ini.
Idenya sederhana. Menjadikan pelepah pisang sebagai produk kerajinan khas lokal yang bisa ditenteng sebagai oleh-oleh bagi wisatawan. “Suami saya kalau ke luar negeri sering beli kerajinan khas negara tersebut. Kebanyakan berupa boneka. Saya terinspirasi dari situ, menjadikan pelepah pisang sebagai boneka yang mudah ditenteng wisatawan,” kata wanita 66 tahun ini.
Awalnya, ia hanya bermodal satu gedebog pisang yang sudah dikeringkan untuk diujicoba. Bahannya, kawat sebagai kerangka, lem dan benang untuk rambut. Untuk boneka besar yang lebih dari 20 cm kerangkanya dari botol, baju boneka bisa mix pelepah pisang kering, klobot, kepompong dan daun kering. Untuk rambutnya bisa terbuat dari serabut jambe atau potongan tali karung.
“Saya bikin 2–4 boneka sebagai contoh. Setelah direspons, barulah bikin dalam jumlah banyak. Order terbanyak ekspor ke Jepang dan Eropa, tapi tidak ekspor langsung melainkan lewat buyer dari Jakarta yang mengirimkan ke sana,” ujar Tien, ditemui di rumahnya di Jalan Ciliwung, Surabaya.
Untuk boneka yang kecil-kecil setinggi 20 cm, harganya kisaran Rp 50.000–70.000, yang berukuran besar antara Rp 100.000–150.000. Harga bisa menyesuaikan sesuai order dan tingkat kerumitan pembuatan baju. ”Saya tidak ready stock, hanya by order. Stok yang ada ini hanya untuk contoh. Tiap bulan tak selalu ada order, karena kerajinan saya tak hanya boneka, tapi ada bunga kering dan craft lainnya. Kalau order boneka sepi, omzet di-cover dari kerajinan yang lain,” lanjut mantan Ketua Asosiasi Pengrajin Bunga Kering dan Bunga Buatan (Aspringta) Surabaya ini.
Menurut Tien, order paling ramai jika ada pameran dan musim pernikahan. Karena banyak pesanan boneka limbah ini untuk dijadikan sebagai suvenir. Untuk kebutuhan gedebog pisang, ia order langsung dari Jogjakarta, Mojokerto, dan Sidoarjo.
“Kalau pas musim kemarau saya beli gedebog banyak untuk stok musim hujan, karena saat musim hujan susah dapat gedebog bagus, rata-rata gampang busuk dan rusak,” ujar wanita kelahiran Jogjakarta, 14 Maret ini.
Sekali kirim gedebog kering sampai 10 kg harganya Rp 175.000–200.000. Ia sengaja tidak order gedebog basah karena proses pengeringannya harus secara manual dan itu memakan waktu lama. “Tak semua gedebog kering itu bisa dipakai, kita pilih serat yang bagus, yang cacat kita buang. Jadi 10 kg gedebog kering itu bisa menghasilkan 50 boneka kalau ukurannya besar, tapi untuk boneka ukuran kecil bisa 100 pieces. Itu jatah sebulan,” jelas Tien, yang melibatkan puluhan ibu-ibu perajin untuk pembuatannya.
Proses pembuatan boneka pelepah pisang tidak terlalu rumit. Gedebog kering direndam 60 menit dengan cairan H2O2 (hidrogen peroksida). Harga cairan ini per galon nya Rp 350.000. Rendam jangan terlalu lama karena bisa getas. Angkat lalu cuci bersih, diangin-angin sebentar, jangan dijemur di bawah terik matahari. Masuk proses pewarnaan dengan sitrun selama 20 menit. Angkat, lalu keringkan secara manual. Setelah itu baru disetrika, lalu digunting sesuai kebutuhan.
“Dari unsur kepompong kering dan daun kering yakni daun sirsak, saya buat untuk aksesori boneka berupa bros cantik. Proses pengeringannya hampir sama, cuma harus lebih telaten karena gampang rusak,” kata wanita yang tiap bulannya bisa meraup omzet Rp 5 juta dari usaha ini. (Dwi Pramesti YS).
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/03/06/18195243/Boneka.Limbah.Pisang.Menembus.Eropa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar