Kamis, 31 Maret 2011

Ikan Teri Cegah Osteoporosis

"Dokter, apakah berbagai merek susu kalsium yang beredar di pasaran bisa mengatasi kekurangan kalsium, seperti dalam iklan-iklannya. Kalau, ya, berapa gelas per hari idealnya yang harus kita minum?" pertanyaan itu muncul dari peserta seminar Orthopaedic Highlight, yang diselenggarakan Rumah Sakit Siloam Gleneagles, Sabtu (7/2).

Dr Hendradi Khumarga SpBO, FICS, FAJR, yang sebelumnya membawakan makalah "The Diagnosis Prevention and Treatment of Osteoporosis", menjelaskan tidak sepenuhnya iklan itu benar. Sebab, jika terlalu banyak mengonsumsi susu berkalsium akan mempengaruhi batu ginjal. Karena, untuk memenuhi kebutuhan kalsium dari susu, minimal setiap hari harus minum susu sebanyak 16 gelas. Konsumsi susu sebanyak itu jelas tidak mungkin dilakukan.

Menurut Hendradi, untuk mencegah osteoporosis setiap orang memerlukan kalsium sebanyak 1 gram per hari. Kebutuhan kalsium tersebut bisa diperoleh dari ikan teri yang banyak terdapat di wilayah Indonesia. Ikan teri yang selama ini lebih banyak di konsumsi oleh kalangan menengah ke bawah, ternyata merupakan salah satu sumber kalsium terbaik untuk mencegah pengeroposan tulang. "Kita tidak perlu gengsi, kalau itu merupakan sumber terbaik, mengapa tidak kita konsumsi," ujar Hendradi lebih lanjut.

Ia juga mengatakan, ikan teri merupakan sumber kalsium yang tahan dan tidak mudah larut dalam air. Namun, karena di masyarakat kita punya anggapan mengonsumsi ikan teri adalah indikator mereka yang secara ekonomi tidak mampu, akhirnya banyak yang mengabaikannya. Padahal, ikan teri sangat baik sebagai sumber kalsium yang murah dan mudah didapat, ujarnya.

Sementara dr Endang Darmoutomo MD MS, ahli gizi juga dari RS Siloam kepada Pembaruan mengatakan, yang terbaik dari ikan teri sebagai sumber kalsium adalah tulangnya. Jadi bukan hanya dagingnya. Sebenarnya semua ikan bisa menjadi sumber kalsium, namun karena tulang pada ikan, selain teri, besar dan keras, maka tidak mungkin di konsumsi. Sedangkan pada ikan teri tulangnya empuk dan enak dimakan.

Pemilihan pada ikan teri lebih dikarenakan murah dan mudah didapat. Karena, sebenarnya susu dan keju adalah sumber kalsium terbaik. Namun, untuk mengonsumsi kedua jenis sumber kalsium ini harganya mahal dan tidak semua orang mampu mendapatkannya.

Ia menambahkan, sumber kalsium terbaik adalah yang terikat dengan protein. Bila
sumber kalsiumnya tidak terikat protein, dia akan keluar lagi dan bisa mengganggu batu ginjal. Banyak bahan asupan yang mengandung kalsium, tetapi tidak terikat dengan protein. Telur, misalnya, kandungan kalsiumnya terdapat pada kulit. "Kita tidak mungkin mengkonsumsi kulit telur kan," ujarnya.

Sedangkan pada tulang udang lebih banyak mengandung kolesterol sehingga tidak aman jika dikonsumsi oleh orang yang menderita kolesterol. Demikian juga pada sarden, dapat mempengaruhi mereka yang mengidap penyakit asam urat karena kaleng sarden mengandung natrium yang cukup tinggi. Hendradi menambahkan, osteoporosis lebih banyak diderita oleh kaum perempuan. Jumlahnya di dunia makin menunjukkan peningkatan, terutama perempuan yang sudah berusia di atas 65 tahun. Lokasi pengeroposan yang sering terjadi pada tulang panggul.

Osteoporosis ini dapat diketahui dini dengan pemeriksaan bone mineral density (BMD) dengan mengukur faktor T, yakni pada osteoporosis, skor T lebih rendah dari 2,5. "Jika sudah di atas 2,5 satu-satunya penyembuhan dengan jalan di operasi," ujar Hendradi.

Sedangkan mereka yang dianjurkan untuk memeriksakan BMD ini adalah wanita post menopausal di atas 65 tahun dan wanita post menopausal kurang dari 65 tahun dengan memiliki faktor risiko. Kemudian wanita post menopausal yang pernah mengalami patah tulang di atas usia 45 tahun.

Pengobatan osteoporosis ini antara lain dengan pemberian hormon, kalsitonin, vitamin D, kalsiriol dan kalsium. Untuk mencegah pengeroposan pada tulang ini dianjurkan mengasup kalsium dan vitamin D yang adekuat, berhenti merokok, membatasi asupan alkohol dan mencegah agar tidak jatuh serta melindungi panggul. (132)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar