Jumat, 15 April 2011

Akankah Keindahan Alam Hanya Tinggal Kenangan



Saat kubuka mata , kicau burung terdengar begitu merdu, seakan sedang bersenda gurau dibawah hangatnya sinar mentari pagi, lalu kutengok pemandangan dibalik jendela kamar, yang selalu menggodaku untuk segera berlari keluar. Kulihat hamparan padi yang mulai menguning, membentang seluas mata memandang, dibelah sungai kecil dengan air jernihnya yang selalu membuatku tak kuasa untuk menyentuh dan tenggelam dalam kesejukannya. Petani – petani yang bergumul dengan keringat seperti asyik dengan cangkulnya, tak lagi hiraukan kulit yang hitam legam terbakar matahari, tak tampak keluh kesahnya, keikhlasan dan ketulusan tergambar jelas dalam ramah sapa. Terdengar jelas tawa riang anak-anak yang menggembala ternak, bergelut dalam keruhnya lumpur lalu berbilas dijernihnya sungai. Tak ada batasan, tak tampak ketakutan, rasa jijik, kotor , yang ada hanya tawa dan bahagia, gambaran betapa hidup itu indah, mudah dan untuk dinikmati. 

Keindahan ini terus hidup dalam kenanganku, tentang Cianjur kampung halamanku,  20 tahun yang lalu. Namun, semua itu tinggal kenangan. Karna kini kudengar raung suara buldoser ganas meratakan lahan-lahan persawahan, mesin-mesin pemotong membelah batang-batang pohon yang bertahun-tahun menjadi tempat berlindung dari terik matahari , saat para petani istirahat melepas lelah sambil menyantap masakan yang dihantar sang istri dari rumah. Namun sekarang, pondasi-pondasi beton mulai angkuh berdiri, Perumahan perumahan elit  menjadi pemandangan pengganti.

. Dan kini,aku merasa itu hanya akan menjadi sebuah kenangan yang mungkin tidak dapat kunikmati lagi. Hingga akhirnya aku terjebak dalam sebuah pertemuan di  Lembur Pancawati 25 februari lalu. Awalnya aku merasa asing diantara mereka, namun topik dalam pertemuan ini mampu menarikku untuk ada dan mendengar diskusinya. Kehadiran  Bapak Effendi Soemardja (Pakar Konservasi Alam dan Lingkungan Hidup) yang menuntun kita dalam pembahasan seputar Potensi, tantangan dan sudut pandang pengembangan  ekowisata Bogor yang ideal sebagai pendorong pengembangan ekowisata Indonesia, juga beberapa perwakilan dari kalangan pengusaha, penggiat alam, aktivis konservasi dan masyarakat seperti membawa harapan baru bagiku, dan bagi jutaan manusia yang ternyata punya harapan yang sama denganku.

Ekowisata yang seringkali kita artikan sebagai kegiatan yang bisa dinikmati oleh manusia, tentang alam dan budaya adalah salah satu jalan keluar yang bisa memberikan mutual benefit, bukan hanya sesama manusia, tapi juga bagi alam. Betapa tidak dengan konsep ekowisata kita bisa melakukan beberapa hal sekaligus, perlindungan terhadap ekologi alam, pengawetan beraneka ragam jenis dan ekosistem, juga pemanfaatan alam secara lestari. Tentu saja ini hal sangat sulit diwujudkan bila kita berjalan dengan idealisme masing masing. Oleh karena itu perlu persamaan persepsi , visi dan misi antara beberapa pihak. Pengusaha pengembang pemilik modal, pemerhati lingkungan, pemerintahan dan masyarakat.

Dan harapan ini lebih dari sekedar mimpi yang bisa kita wujudkan, andai saja kita mau terlibat secara langsung ataupun tidak didalamnya.  Dan aku percaya, sekecil apapun yang aku lakukan untuk tetap menyelamatkan keindahan alam dan budaya ini, dapat memberikan arti yang besar bagi generasi yang akan datang. Seperti halnya yang sudah dilakukan oleh Alex Korn, seorang berkebangsaan Amerika yang membangun sebuah kawasan konservatif  seluas  + 5 Ha didaerah Kaki Gn. Salak yang diberi nama Vila Botani. Dibangun diatas sebuah idealisme konservasi, dengan membuat arboretum berisi lebih dari 1400 pohon kayu, yang berasal dari 140 jenis  endemik  jawa barat, kebun tanaman obat, kebun sayur organik, dan sekaligus tempat pengamatan burung, Vila Botani diharapkan tidak hanya dapat dinikmati secara pribadi, melainkah oleh masyarakat luas. Oleh karena itu disini juga dibangun beberapa sarana  penunjang, yang dapat memfasilitasi pengunjung. Sebagai salah satu perintis ekowisata, Vila Botani diharapkan bisa menjadi percontohan bagi daerah ekowisata lainnya, yang senantiasa menjaga keseimbangan antara alam dan manusia.(CS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar