Senin, 12 November 2012

LATIHAN MENGGUNAKAN TENSIMETER


Setelah makan tempe terus menerus ...dan tekanan darahnya naik ....hehehehe bisa mengukur sendiri sambil membuktikan apakah tempe emang bisa menyebabkan Hipertesi atau tidak

Kita bisa mengukur tekanan darah sendiri tanpa harus ke klinik atau ke dokter, asalkan punya 2 alat yang dibutuhkan untuk mengukur tekanan darah.

  1. Alat yang pertama disebut stetoskop (stethoscope), gunanya untuk mendengarkan denyut nadi.
  2. Alat yang kedua disebut manset tensimeter (sphygmomanometer).

Mengukur Tekanan Darah



  • Sebelum membahas mengenai tekanan darah tinggi (hipertensi) atau tekanan darahnya rendah ( hypotensi) ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu tentang tekanan darah. 
  • Saat Anda melakukan pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis ke dokter, biasanya ada alat khusus yang digunakan oleh dokter untuk memeriksa tekanan darah. 
  • Alat untuk memeriksa tekanan darah disebut sphigmomanometer atau dikenal juga dengan tensimeter. 
  • Ada tensimeter digital dan ada juga tensimeter air raksa yang masih umum digunakan untuk pemeriksaan klinis.
    • Dokter akan melakukan pemeriksaan tekanan darah dengan menyuruh Anda duduk atau berbaring, karena itu posisi terbaik untuk mengukur tekanan darah. 
    • Lalu dokter biasanya akan mengikat kantung udara pada lengan kanan kecuali pada lengan tersebut terdapat cedera. 
    • Setelah itu, dilakukan pengukuran tekanan darah. Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan denyut.

    Apa yang dimaksud dengan tekanan darah? 

    • Tekanan darah yaitu tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. 
    • Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya terdapat dua angka yang akan disebut oleh dokter. Misalnya dokter menyebut 140-90, maka artinya adalah 140/90 mmHg. 
    • Angka pertama (140) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung atau pada saat jantung berdenyut atau berdetak, dan disebut tekanan sistolik atau sering disebut tekanan atas. 
    • Angka kedua (90) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastolik atau sering juga disebut tekanan bawah.

    Setelah mengetahui tekanan darah, pasti Anda ingin mengetahui apakah tekanan darah Anda termasuk rendah, normal atau tinggi. 
    Berikut ini penggolongan tekanan darah berdasarkan angka hasil pengukuran dengan tensimeter untuk tekanan sistolik dan diastolik:




    • Darah rendah atau hipotensi  Tekanan Darah Sistolik Di bawah 90 , Diastolik Di bawah 60
    • Normal  Sistolik 90 - 120 , Diastolik  60 - 80
    • Pre-hipertensi  Sistolik  120 - 140 Diastolik 80 - 90
    • Darah tinggi atau hipertensi (stadium 1)  Sistolik 140 - 160 , Diastolik 90 - 100
    • Darah tinggi atau hipertensi (stadium 2 / berbahaya)   Sistolik Di atas 160 , Diastolik  Di atas 100
    Ukur  tekanan darah  teman  sebangku Anda menggunakan  spigmomanometer.

      Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan cara berikut.

      1. Bebatlah lengan kiri probandus.
      2. Tentukan posisi pembuluh arteri pada lengan yang dibebat dan  letakkan stetoskop di  tempat tersebut.
      3. Sebelum udara dipompa, melalui  stetoskop  terdengar bunyi denyut nadi,  setelah udara dipompa kan  semakin  penuh maka  bunyi denyut nadi semakin melemah dan kemudian hilang. Pada waktu bunyi mulai melemah coba catatlah  berapa  tinggi  permukaan  raksa (angka diastole).
      4. Setelah  itu,  udara  dikeluarkan  sembari  didengarkan  denyut  nadi melalui  stetoskop. Pada waktu  denyut  nadi  kembali  terdengar pertama  kali  hendaknya  dicatat  tinggi permukaan air raksa (angka sistole).
      5. Pengosongan  udara  dilanjutkan  terus  sehingga bunyi denyut mulai melemah dan permukaan  raksa  dicatat  tingginya.  Jika  mungkin, dicatat pula tinggi permukaan raksa ketika bunyi menghilang sama sekali (angka  diastole).Ulangi pengukuran tekanan darah ini hingga tiga kali dan hitunglah rata-ratanya. Coba  tentukan tekanan darah  teman  Anda dan buatlah kesimpulan dengan mencocokkan  tekanan darah  teman Anda dengan tabel yang telah disediakan. 
      6. Buatlah  laporan  hasil  eksperimen  ini  
      BEGINI APLIKASINYA

      DIULANG YA 

      Tekanan Darah
      1. Pasang (lilitkan) manset tensimeter pada lengan atas di atas siku. Batas bagian bawah manset sekitar 2-3 cm dari lipatan siku. Boleh di lengan kiri atau kanan. Pemasangan manset pada bagian ini karena di sinilah letak pembuluh darah yang bernama Arteri Brachialis, yaitu pembuluh darah yang berasal langsung dari jantung. Letak pembuluh ini persis berada di bawah kulit di lipat siku (batas lengan bawah). Fungsi manset adalah untuk menekan pembuluh darah arteri tersebut. Perhatikan tanda panah yang bertuliskan "Artery" pada manset dan pastikan bagian itu antum letakkan tepat di tempat yang dimaksud. 
      2. Manset tensimeter harus sejajar atau setinggi jantung. Orang yang diperiksa lebih baik dalam kondisi berbaring atau duduk. Kondisinya harus santai/rileks, tangan tidak boleh tegang.
      3. Pasang stetoskop di telinga antum, tempelkan bagian yang pipih-bulat di sebelah bawah lilitan manset pada lipatan siku tempat dimana Arteri Brachialis berada.
      4. Putar ke kanan (searah jarum jam) katup pengatur udara yang ada pada pompa karet manset untuk menutupnya, agar saat antum memompa manset nanti tidak ada udara yang bocor keluar.
      5. Remas-remas pompa karet agar udara masuk ke dalam manset sampai jarum aneroid menunjukkan tekanan 140 mmHg. Kenapa 140 mmHg? Yah, karena fungsi manset tensimeter adalah untuk menekan Arteri Brachialis agar aliran darah pada arteri tersebut terhenti pada tekanan tertentu. Dan untuk tekanan sistole yang normal pada orang dewasa adalah 120 mmHg. Maka pada tekanan 140 mmHG tekanan darah akan terhenti. Dari sinilah pengambilan nilai 140 mmHg didasarkan.
      6. Dengarkan suara yang muncul dari stetoskop yang telah terpasang di telinga antum. Jika pada tekanan 140 mmHg masih terdengar suara pulsasi/denyut arteri (suaranya ...duk...duk...duk...duk..., seperti ketukan jari di atas meja), berarti orang yang diperiksa adalah seorang penderita hipertensi, maka naikkan lagi tekanan dengan cara meremas pompa karet sedikit demi sedikit hingga suara pulsasi/denyut tidak terdengar lagi.
      7. Setelah itu putar ke kiri sedikit katup pengatur udara agar udara di dalam manset keluar sedikit demi sedikit dengan kecepatan 2-3 mmHg/detik, hingga aliran darah di arteri Brachialis kembali mengalir. Perhatikan dan dengarkan suara yang timbul dari stetoskop antum ketika katup manset terbuka. Ketika terdengar suara denyut arteri (...duk...duk...duk...duk...) untuk yang pertama kali, maka itulah suara yang disebut sebagai suara Korotkoff sekaligus penanda tekanan sistole. Kemudian suara denyutan itu makin lama makin keras, lalu berubah menjadi bising, lalu terdengar jelas lagi, kemudian mulai melemah dan lalu menghilang. Nah, titik di saat suara ketukan/denyut arteri menghilang itulah yang dijadikan sebagai penanda tekanan diastole.

      Jadi jika ada yang mengatakan bahwa tekanan darahnya adalah 120/80, maka itu berarti nilai 120 mmHg untuk tekanan sistole dan 80 mmHg untuk tekanan diastole. .Untuk lebih jelasnya, perhatikan 5 Fase yang digunakan untuk menentukan tekanan sistole dan diastole di bawah ini.

      5 Fase Dalam Penentuan Sistole dan Diastole

      Fase I:
      • Fase dimana antum memompa manset pada nilai tertentu (140 mHg) hingga tidak terdengar lagi denyut arteri dan kemudian antum berhenti memompa, lalu mulai membuka sedikit katup udara manset yang menjadikan tekanan udara manset berkurang setahap demi setahap. Kemudian tiba-tiba pada nilai tertentu (misal: 120 mmHg) terdengar jelas suara denyut/ketukan pendek-pendek yang makin lama makin keras. Suara ini disebut suara Korotkoff dan terdengar selama tekanan mansetnya diturunkan sekitar 10-14 mmHg/detik.

      Fase II:
      • Selama penurunan tekanan menjadi sekitar 15-20 mmHg, suara bising (murmur) akan terdengar namun kerasnya berkurang.

      Fase III:
      • Selama penurunan 5-7 mmHg berikutnya, suara ketukan menjadi jelas kembali dan terdengar lebih keras.

      Fase IV:
      • Selama penurunan 5-6 mmHg berikutnya, suara terdengar meredup dan melemah dengan cepat .

      Fase V:
      • Pada fase ini suara ketukan pun menghilang.
      •  Nah, perhatikan jarum di alat pengukur tekanan pada manset antum saat suara ketukan yang pertama kali terdengar pada Fase I. Angka yang ditunjuk oleh jarum itulah yang menjadi nilai untuk tekanan sistole.
      • Kemudian perhatikan jarum di alat pengukur tekanan manset antum pada saat suara ketukan menghilang pada Fase V. Angka yang ditunjuk oleh jarum itulah yang menjadi nilai untuk tekanan diastole.
      Cobalah untuk melakukan pemeriksaan ini 2-3 kali, agar lebih yakin.

      • Sebagai catatan tambahan, sebaiknya pemeriksaan tekanan darah ini dilakukan saat pasien dalam kondisi rileks atau tidak sedang dalam kondisi bekerja secara fisik. Karena pada orang dewasa yang sedang bekerja secara fisik, tekanan diastole akan terjadi pada awal fase IV. Perlu dicatat juga bahwa tekanan diastole pada anak-anak juga terjadi pada fase IV.
      • Dan perlu diperhatikan juga bahwa pengukuran tekanan darah harus akurat agar tidak menimbulkan kesalahan diagnosis. Dan jika antum menangani penderita hipertensi atau darah tinggi, maka kesalahan diagnosis ini akan berakibat fatal.

       note
       
      • Jadi,  sistole  dan  diastole merupakan  tekanan  darah karena jantung pada saat itu mengeluarkan dan memasukkan  darah.  
      • Tekanan  darah  dapat  diukur menggunakan tensimeter atau spigmomano meter. Tekanan darah orang dewasa normal sekitar 
      • Nilai 120 menunjukkan  tekanan  sistole,  sedangkan 80 menunjukkan  tekanan  diastole. Tekanan  darah  ini  dapat  digunakan sebagai indikasi kondisi kesehatan seseorang.

      KOK bisa berubah rubah ya tekanan darah


      Apa yang menyebabkan tekanan darah bisa meningkat? 

      • Sebagai ilustrasi, jika Anda sedang menyiram kebun dengan selang. 
      • Jika Anda menekan ujung selang, maka air yang keluar akan semakin kencang. 
      • Hal itu karena tekanan air meningkat ketika selang ditekan. 
      • Selain itu, jika Anda memperbesar keran air, maka aliran air yang melalui selang akan semakin kencang karena debit air yang meningkat.

      Hal yang sama juga terjadi dengan darah Anda. Jika pembuluh darah Anda menyempit, maka tekanan darah di dalam pembuluh darah akan meningkat. Selain itu, jika jumlah darah yang mengalir bertambah, tekanan darah juga akan meningkat.

      Tidak ada komentar:

      Posting Komentar