Ironi pendidikan di negeri ku
Selamat pagi Pak,
Selamat pagi Bu,
ucap anak sekolah dengan sapaan palsu..
Lalu mereka belajar sejarah palsu dari buku-buku palsu
Di akhir sekolah mereka terperangah melihat hamparan nilai mereka yang palsu, karena tidak cukup nilai, maka berdatanganlah mereka ke rumah bapak dan ibu guru, untuk menyerahkan perhatian dan rasa hormat palsu
Sambil tersipu palsu dan membuat tolakan-tolakan palsu,
akhirnya bapak dan ibu guru menerima amplop itu sambil berjanji palsu,
untuk merubah nilai-nilai palsu dengan nilai palsu yang baru
Masa sekolah berlalu, merekapun lahir sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hukum, ahli pertanian, insinyur, sebagian menjadi guru dan ilmuwan, serta seniman yang juga palsu
Dengan gairah tinggi, mereka berhamburan ke tengah pembangunan palsu,
dengan ekonomi palsu sebagai panglima palsu.
Mereka menyaksikan perniagaan palsu dengan eksport import palsu,
yang mengirim dan mendatangkan berbagai barang dengan kualitas palsu
Bank - bank palsu dengan giat menawarkan bonus dan hadiah palsu
Tapi diam-diam peminjam juga minjam dengan ijin dan surat-surat palsu,
kepada bank negeri yang dijaga oleh pejabat palsu
Masyarakat berniaga dengan uang palsu, yang dijamin oleh devisa palsu
Maka uang asing menggertak dengan kurs palsu, sehingga semua belingsatan dan porakporanda dengan krisis, yang meruntuhkan pemerintah palsu ke dalam nasib buruk palsu
Orang-orang palsu meneriakkan demokrasi palsu,
dan mendebatkan gagasan-gagasan palsu, ditengah seminar dan dialog palsu.
Menyambut tibanya demokrasi palsu, yang berkibar nyaring dan palsu..
By
Den Bagas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar